Tiba-tiba ingat Oneng dan Chiko si kucing kampung yang sudah tidak bersamaku lagi. Ini karena aku buka wall FB dan muncul berita yang sangat menyayat hati. Kucing mak Say Muna Sungkar pergi untuk selama-lamanya. Sedih bangettt...
Flash back 2 tahun yang lalu, tepatnya 17 Maret 2015 si Oneng meninggalkanku selama-lamanya. Kucingku mati karena sakit, entah sakit apa karena belum sempat aku bawa ke dokter. Oneng nggak mau makan, bulunya rontok, tambah hari badannya yang gembul kurus. Dia nggak mau ketemu orang, dia maunya sembunyi terus saat sakit.
Tapi... beberapa hari sebelum si Oneng mati dia menampakkan wajahnya ke aku. Dia minta gendong, minta perhatian. Aku elus-ekus dia... hikssss.... aku tak tega yang mau cerita. Baca disini aja ya ceritaku
Oneng Pergi Untuk Selamanya
Kucing Mak Say itu cakep abiz, namanya Muezza. Aku mengenal kucing ini saat Mak Say masih tinggal di Buduran Sidoarjo. Mak Say upload kegantengan si Muezza pada waktu itu. Aku terkesima... dan dalam hati berkata "cakep juga nih kucing, dikasih makan apa ya". Dan dari situ aku tahu kalo Mak Say Muna Sungkar juga penyayang kucing. Aku seneng, aku punya teman yang juga penyayang kucing.
Selain Mak Say Muna Sungkar, beberapa blogger yang aku tahu penyayang kucing adalah Mbak Suria (Echa), mbak Inna Riana, Makpon Mira Sahid, dan Artha Amalia. Begitu sayangnya ama binatang ini kadang foto mesra mereka berdua diupload ke medsos.
Sekarang Muezza pergi selama-lamanya karena gagal ginjal menurut info yang aku baca di FB mak Say. Sedih bangettt, seperti keluarga sendiri, seperti anak sendiri.
Memang dia hewan. Tak sepatutnya disama-samakan dengan manusia.
Tapi kadang aku lebih menghargai kucing daripada manusia yang banyak cingcong.
Kucing adalah sahabat, kucing adalah teman, kucing adalah keluarga.
Sedih ketika Mak Say bilang mau pindah ke Semarang. Sebenarnya aku nggak kepikiran mak Saynya sih. Aku kepikiran pada kucingnya si Muezza. Kalo dia pindahan terus kucingnya mau dikemanain?. Ntar dia makannya gimana? Kalo hujan gimana? Kalo lagi tawuran ama kucing lain dia harus lari kemana? Aku beranikan tanya aja ke Mak Say... dan Mak Say jawab dengan 2 opsi.
1. Ditinggal di Buduran Sidoarjo dan dititipkan/dipelihara ama tetangga sekitaran perumahan.
2. Dibawa pindah ke Semarang.
Dan... aku panas-panasi mak Say agar si Muezza dibawa aja. Kasihan. Belum tentu yang memelihara si Muezza kasihan dan sayang sama si Muezza. Rasa sayang kita pasti tak terkalahkan. Hehehe...
Dan Alhamdulillah... Mak Say bilang kalo si Muezza ikut pindah ke Semarang. Senang sekali hatiku. Legaaaaa banget. Akhirnya si Muezza pindahan juga. Dengan mobil Picanto warna merah si Muezza meninggalkan Buduran Sidoarjo ke Kota Semarang. Si Muezza tetap kumpul dengan keluarganya yang tak lain adalah majikannya sendiri.
Beruntung banget kau Muezza. Beruntung banget kucing-kucing yang punya majikan baik. Kalian tidur enak, makan enak, dan pastinya dapat perhatian seperti keluarga sendiri.
Tapi sekarang Muezza sudah bahagia. Dia terlepas dari rasa sakitnya.
Hiks... dasar aku cemen. Masak sih cuma nulis beginian mewek.
Aku sayang kalian para kucing. Kalian sahabat kalian teman, kalian keluarga.
IN MEMORIAM MUEZZA
Muezza, kau pasti akan selalu dikenang oleh majikanmu. Kau pasti akan tetap ada di hati mereka. Percayalah. Aku... hanya sebatas manusia yang mencintai kucing dan kadang bermimpi mempunyai kebun binatang kucing. Tapi... orang-orang disekitarku dan keluargaku tidak mendukung aku. Ya sudahlah...
Aku hanya sebatas catlover tanpa jejak apapun. Lafff Muezza...
Salam,
Si Penyayang Kucing